Karena Hidup adalah Tentang Apa yang Kita Putuskan

Ada yang bilang kalau hidup adalah pilihan, menurut saya hidup adalah keputusan. Entah itu keputusan kecil (yang sekedar mau makan siang atau hadir di suatu acara) atau keputusan besar, semua yang diputuskan akan membawa kepada alur takdir yang berbeda. Semakin bertambah usia, semakin banyak pula keputusan yang perlu dibuat, yang sulit ataupun yang mudah.

Bulan lalu, saya memberi kado sebagai hadiah ulang tahun kepada…..diri saya sendiri *kok melas gitu kalo dibaca* berupa “tiket masuk” ke sebuah universitas untuk melanjutkan pendidikan (bisa dibaca di sini). Hasil tesnya diumumkan pada tanggal 20 Mei 2012 kemarin, ketika saya sedang di Belitung. Saat itu teman sekamar saya @magicaelly dan @LuluMaeez di tengah malam buta membuat keributan di kamar karena mereka mau menonton final Liga Champion. Saya kemudian ikut terbangun, bukan untuk menonton final tetapi untuk melihat pengumuman. Deg-degan. Diterima ataupun tidak, saya tetap deg-degan karena ada konsekuensinya masing-masing. Alhamdulillah saya diterima ^^.

The ticket

Senang? Pasti. Tapi ada masalah lain yang muncul, biaya. Bagi saya yang SPP-nya jaman kuliah dulu masih Rp 600.000,-, nominal yang harus saya bayarkan untuk melanjutkan kuliah ini terbilang fantastis, lebih dari 20 kali lipat SPP saya dulu. Tapi bagaimanapun uang bisa dicari, sedangkan waktu yang terus berjalan tidak bisa diulang lagi, demikian juga dengan kesempatan. Problem solved.

Satu hal selesai, muncul yang lainnya. Saya menelepon ke administrasi magister HI UI yang ada di Salemba. Pada tahun-tahun sebelumnya, perkuliahan dilaksanakan di Salemba, dan ternyata mulai semester depan akan dipindahkan ke Depok. Jleeerrrrr!

Awal ketika saya mendaftar dulu, saya sudah mencari informasi tentang lokasi perkuliahan, di Salemba. Titik. Makanya tidak ada yang memberatkan hati saya untuk mendaftarkan diri (kecuali biaya pastinya). Tapi setelah pengumuman penerimaan, justru mendapatkan tantangan lain yakni jarak yang harus saya tempuh nantinya: Jakarta – Depok.

Jujur, saya berat sekali rasanya meninggalkan kos yang sekarang saya tempati. Selain lingkungannya enak (minus kegiatan dangdut warga setiap weekend yang bisa bikin darah tinggi), bersih, baju terurus dengan baik, saya juga mudah kalau mau pergi ke mana-mana, apalagi menjangkau kantor kalau bangun kesiangan. Ada dua alternatif solusi Jakarta – Depok ini:

  1. Kos tidak pindah (Jakarta Selatan) – kerja (Jakarta Pusat) – kuliah (Depok) – kos (Jakarta Selatan)
  2. Kos pindah (Depok) – kerja (Jakarta Pusat) – kuliah (Depok) – kos (Depok)

Keuntungan kalau kos tidak pindah:

  1. tidak perlu mencari kos baru
  2. tidak perlu adaptasi
  3. kemudahan mobilitas
  4. tidak perlu mengurus berlangganan First Media

Kerugian kalau kos tidak pindah:

  1. setelah kuliah masih harus menahan kantuk di jalan untuk sampai di kosan
  2. kalau kuliah hingga larut malam akan kesulitan mendapatkan transportasi ke Jakarta

Setelah meminta pertimbangan ke sana kemari, saya cenderung memilih untuk merelakan diri pindah ke Depok dan menjadi salah satu anggota RoKer (Rombongan Kereta). Kalau dipikir-pikir, perkuliahan magister HI UI di Salemba sudah berlangsung bertahun-tahun, tapi kenapa ketika saya hendak masuk kuliah justru dipindah ke Depok. Mengapa oh mengapa? *nangis di pojokan*. But I do believe, God’s plans are flawless di sana ketemu si empunya tulang rusuk misalnya :p. Sebenarnya kalau kuliah di Depok, akan lebih terasa suasana kuliahnya 😀 *berasa umur 19 tahunan lagi hehe*.

Saya sadar bahwa setelah saya melakukan registrasi nanti, ada konsekuensi besar yang akan saya terima: membiayai kuliah dan mengurangi waktu tidur atau waktu luang. Saya juga harus bangun lebih pagi untuk mengejar commuter line, dan tidak boleh terlambat bangun karena bisa ketinggalan kereta dan terlambat tiba di kantor. Jam 16.00 saya harus pulang dan menunggu kereta lagi karena perkuliahan akan dimulai jam 17.00. Lelah? Saya sudah bisa membayangkannya. I think time will fly sooo fast.

Alasan saya memutuskan untuk kuliah lagi, apalagi dengan uang yang bisa dipakai sebagai DP rumah atau mobil, adalah saya merasa punya pilihan akan masa depan dan saya ingin memanfaatkan masa ikatan dinas 4 tahun itu dengan baik.

Note: ada yang mau bantuin saya pindahan? 😀

Satu pemikiran pada “Karena Hidup adalah Tentang Apa yang Kita Putuskan

  1. wiiiikkkk….seriusan HI gak ada yang di Salemba????semoga Tek. Industri tidak mengalami nasib yang sama pas aku mau lanjut…bisa mabok kalo di Depok…secara rumah emak disini….huuummmm.
    Kapan kamu pindahannya?mobil box nya udah ada belom?mau aku bantu carikan?

Habis maen komen dong :D